Antara Roti O dan Kamu

Dunia perkeretaapian di Indonesia sudah banyak berbenah sejak beberapa tahun ke belakang. Seingat saya sih sejak Pak Jonan memimpin PT. KAI (kereta Api Indonesia) dengan sangat ciamik. Sekarang Pak Jonan sudah menjadi menteri Perhubungan. (ketika saya menulis blog ini)

Pembenahan perkeretaapian secara menyeluruh tersebut membuat stasiun-stasiun kereta api menjadi terasa lebih 'homey' dengan beberapa hal, di antaranya dengan didisiplinkannya pedagang asongan untuk tidak masuk stasiun dan gerbong kereta. Saya secara pribadi sangat setuju dengan pendisiplinan ini. Stasiun lebih lebih bersih dan lebih rapih. Dan keamanan di gerbong kereta pun lebih tenang dan nyaman. Tidak ada lagi mendengar orang-orang teriak jualan dan merangsek seenaknya di antara penuhnya penumpang. Aduh kok jadi ngomongin kereta, padahal mau ngomongin Roti O. 




Jadi ceritanya gini, saya kan sering bolak balik Jakarta-Rangkasbitung menggunakan kereta api. Tahu bangetlah sejarah kereta api dari jaman dulu sampai sekarang. Dari zaman tiket kertas tebal sampai tiket kertas tipis dan pakai KTP saya mengalami. Dari kereta ekonomi yang ngumpul sama karung-karungan pedagang dan gerbong tak berpintu sampai kereta api ekonomi ber-AC saya juga menikmati. 

Jadi beberapa pekan lalu saya dipaksa Tia buat mengantar Dia beli roti di stasiun, katanya enak, namanya Roti O. Katanya sih rasa keju. Saya gak terlalu suka keju. Agak asin-asin lembut gitu kayak, maaf, ingus. Keju basah serasa ingus basah, dan keju kering serasa ingus kering atau lebih populer masyarakat menyebutnya 'upil'. Pas di stasiun dan sampai di outlet Roti O, saya sempat mencicipi sedikit. Enak, rotinya empuk, lapisan terluarnya ada yang agak berwarna coklat efek pembakaran di oven itu pas digigit renyah-renyah gitu. Oya, karena rotinya memang di-oven di outletnya, maka rotinya masih hangat. Makanya enak. Tapi karena lagi kenyang, dan terlanjur bilang gak suka keju, ya saya gak minta dibeliin, cuma minta nyoba dikit aja. 

Singkat cerita, beberapa pekan setelah saya mencoba Roti O dengan Tia, alias hari kemarin, saya ke Rangkasbitung lagi karena ada acara dengan teman-teman di pandeglang. Tiba di Rangkasbitung sekitar pukul 12.15 perut saya udah lapar, tapi males ke luar stasiun karena panas banget cuacanya, akhirnya saya pikir sekalian nunggu jemputan, saya mampir ke Roti O, dengan beringas saya pesan 1 Roti (10K) dan 1 Iced Coffee Latte (20K). 

Minum sambil baca novel di outletnya lumayan enak. Tapi karena outletnya gak terlalu besar, ya agak-agak kena hawa panas gitu dari oven pembuat rotinya, meski ada pendingin ruangan ya tetap terasa rebutan udara gitu. 

Keesokan harinya (hari ini), pagi-pagi jam 7-an saya mau balik ke Serpong, belum sarapan dan cuaca masih dingin, saya balik lagi ke Roti O. Saya pesan 1 Roti (10K) dan Hot Taro (13K).

Ternyata Hot Taro enak banget. Warnanya ungu-ungu gitu. Semua minuman di Roti O ada dua pilihan, Hot dan Iced. Bisa diminum pas lagi kegerahan dan pas lagi kedinginan. 

Karena saya lagi memikirkan, merencanakan, membayangkan sebuah bisnis kuliner yang aduhai yang saya ingin sekali bangun, maka saya menyimpulkan, semua bisnis harus memperhatikan kebutuhan konsumennya, apalagi kuliner. Jadi buatlah bisnis kuliner yang ada setiap saat. Ketika konsumen kepanasan maka tawarkan minuman es, jika konsumen kedinginan maka tawarkan minuman hangat.

Jadi buatlah bisnis yang mengerti dan mencintai konsumen. Seperti aku yang mengerti dan mencintai kamu.

Iya kamu!

                          Kereta Api Rangkasbitung- Tanah Abang, 17 April 2016

Postingan populer dari blog ini

Contoh Job Interview Berbahasa Inggris dan Tips Cara Menjawabnya

Bagaimana bisa bekerja di Kedutaan Besar RI di Luar Negeri?

Contoh Tes TOEFL yang 'Aduhai'