CURHAT JALANAN, KOREKSI DAN SOLUSI
Ketika kita berbicara tentang jalan raya mau tidak mau kita pasti berbicara tentang macet dan polusi, khususnya di kota-kota besar di negeri ini dan lebih spesifik lagi kita ambil kota Jakarta, ibukota negara kita. Mungkin kita sudah mengetahui apa yang akan terucap dari lisan masyarakat Jakarta dan sekitarnya apabila ditanya tentang keadaan jalan raya pada sekitar pukul 07.00 dan 17.00 sampai beberapa jam setelahnya. Sudah pasti jawabannya tak jauh dari kata macet, sampai dari mereka ada yang bilang bahwasanya pada jam-jam tertentu Jakarta seperti dihujani oleh kendaraan bermotor dan sepertinya kendaraan-kendaraan itu turun dari langit karena tak tahu dari mana datangnya dan tiba-tiba saja Jakarta menjadi sesak dengan kendaraan bermotor yang berjalan padat merayap dan seringkali perjalanan yang seharusnya hanya menempuh waktu setengah jam akan menjadi tiga kali lipat lebih lama bahkan lebih untuk menempuh perjalanan tersebut.
Selain macet masalah lain yang akan kita temukan adalah polusi, polusi udara maupun suara. Dan sudah menjadi rahasia umum bahwa Jakarta adalah termasuk kota terpolusi di dunia. Dan kendaraan bermotorlah penyumbang polusi terbesar selain pabrik-pabrik industri. Kita biasa melihat asap knalpot kopaja,bis kota dan angkutan-angkutan umum yang lain menyembur-nyembur sepanjang jalan raya Jakarta. Di tambah lagi dengan ribuan bahkan lebih kendaraan pribadi yang mungkin sebenarnya tak lulus uji emisi melintasi jalan-jalan utama Jakarta. Begitu pula dengan polusi suara yang tak kalah dengan polusi udara. Suara sepeda motor menderu-deru tak bedanya dengan suara mesin bubut padi yang begitu bising dan sepertinya tak mengeherankan bila tingkat kecenderungan stress di ibukota lebih besar daripada di tempat-lain lain.
Dari masalah-masalah di atas, dari macet sampai dengan polusi adalah sebagian masalah dari masih banyak masalah jalan raya di negeri kita ini, khususnya di Jakarta. Dan itu sangat berdampak sistemik bagi banyak hal, diantaranya yang sangat fatal adalah dengan masalah perekonomian , karena dengan seringnya macet akan menyebabkan banyak keterlambatan menuju pekerjaan masing-masing masyarakat. Dengan begitu para investor pun memiliki banyak alasan untuk tidak berinvestasi di negeri ini. Dan secara otomatis masalah-masalah diatas akan sangat berpengaruh negatif bagi lingkungan. Udara menjadi tak segar lagi, bising dan sebagainya. Dan bila lingkungan kondisinya memburuk maka kondisi kesehatan masyarakat pun akan memburuk. Tingkat kecenderungan stress meningkat , gangguan pernafasan, insomnia dan masih banyak dampak yang akan timbul dari masalah-masalah jalan raya tersebut. Mungkin itu adalah cerita lama bagi sebagian orang. Tapi kita juga harus menyadari bahwa cerita lama itu tidak akan hilang. Cerita lama tentang jalan raya ini akan semakin memburuk seiring dengan bertambahnya waktu dan hilangnya kesadaran kita untuk berusaha memecahkan masalah yang amat urgen ini. Kita juga harus menyadari akan pentingnya bercermin pada negara-negara lain yang lebih berdisiplin dalam hal jalan raya dan tata kota negaranya. Tak masalah dengan bercermin pada negara maju sekalipun untuk meniru mereka dalam kedisiplinan. Kita tak mesti menunggu untuk menjadi negara maju dulu. Bahkan dengan belajar berdisiplin pastilah kita akan lebih cepat maju.
Ada beberapa hal yang penulis pandang perlu untuk ditinjau oleh pihak yang mempunyai otoritas di bidang jalan raya dan tata kota kita. Diantaranya, untuk menangani masalah kemacetan, pemerintah jangan hanya berhenti pada usaha-usaha untuk pelebaran jalan raya saja, karena sejatinya masalah kita adalah tidak hanya pada titik itu. Memang masalah utamanya adalah masih belum meratanya lebar ruas jalan raya di ibukota ini. Dan tanpa meninggalkan masalah itu sebenarnya masih ada hal yang sungguh mendasar yang sepertinya belum ada tindakan konkrit untuk hal ini. Pertama kita mulai dari hal yang paling sederhana yaitu:
1. Membudayakan Kebiasaan bersepeda
Ketika kita berbicara tentang kendaraan ramah lingkungan ini mungkin akan terlintas di pikiran kita ‘kampungan’,’gak elit’ atau ‘gak jaman’. Perlu kita sadari pandangan seperti tu adalah efek dari iklan – iklan kapitalisme yang selalu menawarkan kemewahan sehingga semiskin apapun seseorang, dia akan memaksakan diri untuk hidup mewah dan tak ada kesederhanaan sama sekali meskipun harus mengorbankan seluruh penghasilannya. Untuk hanya pergi ke pasar atau toko terdekat, berjalan ke tempat – tempat yang tak terlalu jauh, sepeda amatlah sesuai. Kita bisa lihat di Jepang, Cina, bahkan di negara-negara Eropa yang mayoritas negara maju jumlah pengguna sepeda amatlah tinggi, mulai dari pelajar, mahasiswa sampai karyawan mereka menggunakan sepeda. Maka perlu adanya kampanye untuk membudayakan kebiasaan bersepeda di negeri ini. Dan yang pasti, jalur khusus sepeda perlu dibangun. Bahkan kalau perlu kita juga bisa melestarikan becak. Dengan penempatan yang sesuai dan perwajahan yang seindah mungkin, becak bisa digunakan sebagai alat transportasi wisata atau angkutan jarak dekat di tempat-tempat tertentu. Maka itu akan berdampak positif bagi pengurangan jumlah kendaraan bermotor yang memiliki banyak dampak negatif sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya.
2. Membatasi Jumlah Kepemilikan Kendaraan Pribadi dan Mendisiplankannya
Sepertinya ide ini belum pernah terucap oleh pihak kepolisian lalulintas dan pemerintahan secara resmi dan menerapkannya sebagai peraturan baku kepolisian lalulintas atau sebagai undang-undang yang sah. Apa mungkin karena penulis terlalu kuper(kurang pergaulan:red.)? atau memang kenyataan yang begitu adanya. Dan pada faktanya pastilah kita sering menemukan orang-orang yang kelebihan rezeki yang apabila kita tengok di halaman rumahnya ataupun garasinya berderet tiga atau lima buah mobil berbagai model plus dengan tiga sepeda motorsport dan satu Harley Davidson. Mungkin kita yang sadar akan berfikir untuk apa kendaraan sebanyak itu. Tak mungkin seorang manusia bisa mengendarai beberapa mobil sekaligus. Okeylah ada anak atau istri tapi apabila kita berfikir untuk hemat dan efisien cukuplah satu atau dua mobil saja untuk satu keluarga. Tak mesti mobil itu satu orang satu. Coba ingat lagi ketika jalanan macet, diantara mobil yang terjebak macet banyak sekali yang hanya berpenumpang tunggal sebagai sopir dan penumpang. Alangkah baiknya bila kita menggunakan jasa kendaraan umum. Bila kita sadar dengan itu dan mulai menggunakan jasa angkutan angkutan umum maka akan berapa banyak kendaraan pribadi yang tak perlu menyebabkan macet dan terjebak macet. Maka dari sini kita tahu betapa pentingnya membatasi jumlah kepemilikan kendaraan bermotor di negara ini dengan menetapkannya sebagai undang-undang dan dijalankan pendisiplinannya oleh pihak kepolisian maka dengan adanya batas kepemilikan kendaraan ini mau tidak mau kendaraan-kendaraan pribadi akan berkurang dan tentunya masyarakat akan beralih untuk menggunakan kendaraan umum. Maka macet pun akan berkurang atau bahkan tak ada lagi istilah macet di negeri ini.
3. Memperbaiki Pelayanan dan Fasilitas Angkutan Umum
Sebenarnya poin ini adalah poin yang bisa disebut sebagai poin terpenting. Penyebab kebanyakan masyarakat yang enggan untuk menggunakan angkutan umum dan lebih cenderung untuk menggunakan kendaraan pribadi adalah karena tidak memuaskannya pelayanan dan fasilitas angkutan umum tersebut. Kualitas pelayanan angkutan umum di negara kita masih terlalu jauh untuk dinilai baik. Mulai dari bis kota yang tua renta yang selalu menyembur-nyemburkan asap knalpotnya sepanjang jalan plus berhenti mendadak di sembarang tempat. Begitu pula dengan busway, angkutan yang termasuk paling keren ini pelayanannya sedikit demi sedikit terus memburuk meski tak seburuk bis kota, busway tetap harus ada perbaikan dari segi disiplin, fasilitas dan pelayanannya. Karena banyak masyarakat sering bilang bahwasanya busway seringkali menurunkan penumpang sebelum sampai tujuan.
Jelas dari pemaparan diatas, bahwa sangat perlu adanya perbaikan pada seluruh angkutan umum terutama pada bis kota dan busway untuk di area Jakarta dan perkeretaapian untuk antar daerah secara umum. Karena angkutan umum yang bersifat massal pengaruhnya amat signifikan untuk mengurangi kemacetan. Begitu pula perbaikan dan penambahan armada bis kota atau kopaja. Bahkan pemerintah bisa menggantinya dengan armada yang lebih baik yang tak lagi berasap tebal seperti bis kota sekarang ini. Ditambah dengan kedisiplinan pada angkutan umum tersebut pastilah kecenderungan masyarakat akan beralih untuk menggunakan untuk menggunakan kendaraan umum. Marilah sekali lagi kita bercermin pada negara lain seperti jepang, negara kecil yang sangat maju, disiplin dan bersahaja. Mereka biasa menggunakan jasa angkutan umum kemanapun. Bukan karena mereka tak punya kendaraan pribadi, tapi karena adanya kesadaran umum dan angkutan umum yang berdisiplin, fasilitas dan pelayanan yang baik.
Dari beberapa ide diatas sepertinya sangatlah jauh untuk menjadi kenyataan tanpa adanya kesadaran masyarakat kita akan lingkungan dan untuk menjaganya. Maka dari itu pemerintah, aparat dan masyarakat haruslah bersinerngi untuk cita-cita mulia ini. Cita-cita mulia untuk kita dan untuk masa depan anak cucu kita yang lebih baik.