Tentang Gadis Manis Penunggu Hujan
Gadis manis itu kecewa bukan kepalang ketika
tiba-tiba turun butiran-butiran bening dari awan tebal jauh di atas
genting rumahnya. Butiran-butiran itu jatuh satu demi satu berhamburan,
semakin lama semakin deras. Menciptakan sungai-sungai kecil di halaman
rumahnya. Hujan ini sejatinya indah, tapi di benak gadis manis itu
hanyalah terfikir untuk pergi ke asrama pesantren secepatnya sebelum
malam semakin larut. Semakin deras hujan, semakin galau juga hati gadis
manis itu. Itu tampak pada kedua bibirnya yang mengkerut disertai kening
yang seolah menyempit, tapi Ia tetaplah gadis yang manis.
Sesekali menatap ke halaman dengan penuh harap untuk melihat hujan reda. Tapi makin lama ternyata makin deras. Sesekali melihat jam tangannya kemudIan melepaskan pandangannya disertai gerakan kepala yang setengah menggeleng. Sesekali Ia masuk ke kamar. Duduk di atas dipan dengan menelungkupkan kedua telapak tangannya kemudIan merapatkannya di wajahnya seperti umat Hindu beribadah kemudian kembali melihat jam tangannya. Kembali menengok halaman rumah. Duduk kemudian berdiri lagi dan begitu berulang kali.
Setelah penantIan yang lumayan lama akhirnya hujan pun reda. Dan gadis manis itu pun tersenyum. Manis sekali...
Sesekali menatap ke halaman dengan penuh harap untuk melihat hujan reda. Tapi makin lama ternyata makin deras. Sesekali melihat jam tangannya kemudIan melepaskan pandangannya disertai gerakan kepala yang setengah menggeleng. Sesekali Ia masuk ke kamar. Duduk di atas dipan dengan menelungkupkan kedua telapak tangannya kemudIan merapatkannya di wajahnya seperti umat Hindu beribadah kemudian kembali melihat jam tangannya. Kembali menengok halaman rumah. Duduk kemudian berdiri lagi dan begitu berulang kali.
Setelah penantIan yang lumayan lama akhirnya hujan pun reda. Dan gadis manis itu pun tersenyum. Manis sekali...