Demi Sesuap Nasi
Dimanapun kaki ini berpijak, di kampung atau pun di kota, di utara atau pun di selatan, di barat atau pun timur, selalu ada suatu hal yang rasanya tak pernah lepas dari pandangan. yaitu hal dimana manusia bersandar padanya untuk memenuhi kebutuhan finansialnya. tidak lain dan tidak bukan itu adalah pekerjaan. banyak sekali jenis pekerjaan yang bisa kita temui. dari yang berat hingga yang ringan dan dari yang halal hingga yang haram. ada yang kerjaannya dorong gerobak tiap hari, mencangkul, memanjat, memaku dan memalu, menggergaji, memahat, berjualan, memasak, mengepel, menyapu, mencuci, menyentrika, memungut sampah, mencabut rumput, mengojek,memotong rambut, menyetir, menulis, mengtung, menggambar, mengajar, mengatur, berdiskusi, membaca dan bahkan banyak pula yang pekerjaan asusila(mencopet, mencuri, merampas, berkorupsi dll.)
dan seringkali orang-orang apabila ditanya tentang alasan pekerjaan mereka, mereka menjawab dengan sederhananya "Demi sesuap nasi...".
sepintas jawaban tadi luar biasa, sederhana, lugas dan tegas. Tapi pada suatu hari saya pernah bercanda dengan seorang pengusaha dengan kata-kata tadi. lantas dia menyanggah kata-kata itu, menandakan dia tak setuju dan dia pun bilang "janganlah kita pakai istilah sesuap nasi. karena bagi seorang yang berjiwa enterpreneurship tinggi, kata-kata tadi menggambarkan sifat pesimistis. dan alangkah baiknya bila kita berkata 'saya bekerja dan berusaha demi sekarung beras or segudang beras'. karena sepiring nasi amatlah sedikit, lantas mana mungkin kita bsa bersodaqoh pda yg lain..