Selamat Tinggal Sahabat Kecilku!
Tingkah nakalnya tak akan lagi kulihat. Berlari, tertawa
dan tertidur semaunya. Diatas kasur, di kardus, di rak sepatu, atau di atap
warung ayam penyet Bude Ikas pun dia bisa tertidur. Dasar kucing nakal dan
pemalas! Dia hidup dan bertingkah semaunya.
Setelah ketiga saudara kandungnya –asep, kim lin dan kim
lun- menghilang entah kemana, mungkin ada yang mengadopsi mereka atau entah
bagaimana,maka hanya si Bejo lah yang tersisa. Seekor kucing simpai keramat
yang sungguh lucu. Hidup di tengah hiruk pikuk kota metropolitan yang hingar
bingar, tapi si belang lucu itu tetap menikmati masa kecilnya dengan penuh suka
cita. Tak peduli siapakah dirinya. Berlari di kerumunan manusia, sepeda motor
dan mobil-mobil yang lalu lalang melintasi jalanan.
Hingga pada suatu malam yang sungguh naas seekor kucing
simpai keramat itu pun tertabrak sepeda motor hingga terpental, terpelanting,
hilang kesadaran, menggeliat kesakitan,
meregang nyawa, dan akhirnya melepaskannya untuk terbang. Terbang dan tak kan
kembali ke dunia ini lagi untuk selamanya.
Ku tak akan mendengar lagi suara “miaww” lucu dari
lisannya atau melihat seekor simpai keramat tertidur di atap warung ayam penyet
Bude Ikas lagi. Yang ada hanya jasad
kosong tak bernyawa. Beralirkan darah dari mulutnya. Mengalir membasahi jalan
beton yang tak pernah peduli.
Wahai Bejo yang malang! Semoga engkau bahagia di alam
sana.....!
Jakarta,
07 Desember ‘11