Senyuman Manis di Kereta Rangkas Jaya #2
Sebentar lagi kutiba di stasiun Serpong. Stasiun tujuanku,
tapi lelaki mencurigakan tadi masih belum saja pergi. Ingin rasanya kubicara
pada gadis tersebut supaya jangan terlalu jujur. Karena banyak sekali jawaban
yang tak bisa dijawab dengan kata umum. Maka ketika lelaki mencurigakan tadi
bertanya tentang asal keluarga, gadis tersebut menjawab Sulawesi selatan, tapi
lelaki tersebut tak tahu, maka kujawab dengan nada agak tinggi “Makassar” dan langsung saja lelaki tersebut
diam. Dan kulanjutkan dengan bicara pada gadis tersebut dengan bahasa inggris
dengan harapan lelaki mencurigakan tadi tak faham bahasa internasional
tersebut. Kuyakin lelaki itu tak faham bahasa Inggris karena Sulawesi selatan
saja ia tak tahu. Berarti ia termasuk orang yang kurang wawasan.
“Can you speak english?” tanyaku pada gadis
tersebut.
“Yes, of course” katanya sambil menatap kaget
ke arahku.
Maka tak buang waktu kulangsung kasih dua tips mudharat yang
berisi larangan untuk berkata jujur.
“Don’t trust anyone easily! Don’t too honest! Right?”
“All right, thanks!” jawabnya diikuti sedikit
senyuman. Manis juga.
Dan setelah itu kulangsung meminta tolong seorang
bapak-bapak untuk mengambilkan tasku yang kusimpan di rak penyimpanan barang. Dan
setelah kereta hampir berhenti kulambaikan tangan kiriku ke arahnya seperti
orang bule yang bilang ‘goodbye’
“Oke. Aku turun. hati-hati ya!
“Oke. Makasih!”
lagi-lagi dengan senyuman manisnya.
Kuberjalan keluar mengiringi seorang ibu setengah baya.
Ketika kuingin berbelok ke arah peron stasiun, entah kenapa perasaanku ingin
kembali melihat gadis berjilbab tadi, kepalaku menengok ke belakang sekedar
untuk mendapati senyuman manis sekali lagi, tapi badannya yang tak terlalu
tinggi terhalang oleh kerumunan manusia. Sedikit rasa kecewa pun muncul, tapi
biarlah. Dan begitulah kami bertemu dan berpisah. Bertemu dan berpisah di
kereta Rangkas Jaya.
Jakarta, 3-4 desember 12
12.05 am