Penerjemah, Interpreter, dan segala ceritanya

         Sekitar pertengahan September kemarin saya ditawari seorang teman buat jadi relawan penerjemah langsung di lembaga sosial Aksi Cepat Tanggap (ACT Foundation) buat seorang warga Gaza, Palestina yang sedang berada di Indonesia. Kesempatan itu tidak saya sia-siakan. Warga Gaza tersebut bernama Ahmad Yahya Ibrahim Skeik.





Ahmad Yahya Ibrahim Skeik adalah seorang berkebangsaan Palestina yang terlahir di Saudi Arabia karena orang tuanya adalah seorang pengusaha di sana. Dia menyelesaikan pendidikannya pada bidang Bisnis Internasional di Gaza, Palestina. Ia aktif bekerja dan berbisnis dan memiliki karyawan lebih dari 300 orang, dan ia senantiasa menyumbangkan 30% keuntungan bisnisnya untuk masyarakat Gaza. Pada saat yang sama Ia juga ikut berjuang ‘mengobral’ nyawa untuk syahid dalam peperangan melawan zionis Israel. Dia melewati masa muda yang keras di Gaza. Beberapa bekas luka tampak di pergelangan tangan dan kakinya.  

Ketika beberapa tahun lalu perang berkecamuk di Gaza, Ia sempat terluka sangat parah dan rumah sakit setempat tak ada yang mampu menangani lukanya. Maka akhirnya ia diterbangkan ke Saudi Arabia untuk perawatan, dan dalam proses perawatan itulah ia dipertemukan dengan belahan jiwanya. Seorang perawat cantik berhijab di antara perempuan-perempuan yang memperlihatkan rambutnya. Tutur kata yang santun dan ramah. Dan satu hal lagi yang menjadi daya tarik hawa tersebut adalah: perempuan tersebut berasal dari Indonesia, negara yang memiliki banyak peran bagi rakyat Palestine. Setelah Ahmad sembuh dan meminta izin orang tua sang perawat tersebut secara langsung ke Indonesia, tepatnya Cianjur, akhirnya Ahmad menikahi sang perawat tersebut. Dan sekarang mereka sudah dikaruniai 2 orang buah hati. 

Pada konflik terakhir di Gaza tahun ini (2014), Ahmad kehilangan semua harta bendanya. Pabrik-pabrik yang ia kembangkan semuanya hancur lebur. Rumah, dan juga laptop kesayangannya musnah, karena selain Ahmad seorang pebisnis, Ahmad adalah seorang penulis yang dikenal di Palestina. Ahmad beberapa kali menerbitkan buku kumpulan puisi  tentang nasionalisme dan romansa Islami. 

Ahmad bersama istri dan kedua anaknya berhasil keluar dari Gaza dengan lika-liku perjalanan yang memilukan. Melewati terowongan. Menghadapi tentara Mesir yang bengis. Ahmad kemudian dikurung di sebuah penjara di Mesir dipisahkan dari istri dan kedua anaknya selama puluhan jam tanpa air dan makanan. Dan dengan izin Allah akhirnya Ahmad tiba di Indonesia dengan visa yang beberapa hari lagi harus diperpanjang.

Sekarang cita-cita Ahmad adalah ingin kembali berbisnis dan memenuhi kebutuhan keluarganya sendiri tanpa harus bergantung pada bantuan orang lain. Ia ingin mengembangkan bisnis dan memboyong orang tuanya yang sedang menjalani perawatan di Saudi Arabia untuk ikut dirinya tinggal di Indonesia. Ketika ditanya, “adakah keinginan untuk menjadi WNI (Warga Negara Indonesia, red.)?” ia menjawab, “saya berani mengajukan kewarganegaraan Indonesia jikalau saya sudah mahir berbahasa Indonesia” jawab Ahmad sambil tersenyum setengah tertawa. Dia juga berkali-kali bilang akan pulang kembali ke Gaza, suatu saat nanti.

Nah, itulah  kisah tentang profil seorang Palestina yang jadi klien saya. Beliau sekarang masih dalam tanggungan ACT, dan melaksanakan roadshow ke beberapa tempat dan saya menjadi penerjemahnya. Karena ini adalah pengalaman pertama saya jadi penerjemah langsung (interpreter) dalam sebuah forum, maka ini menjadi pelajaran sangat penting. Sebelumnya saya hanya pernah membantu dosen saya yang berkebangsaan Mesir pas lagi ke rumah sakit, jadi saya menterjemahkan diantara 2 orang saja (dosen saya dan dokter Indonesia), tapi ini dalam forum (Antara seorang Palestina dan para hadirin yang duduk berbaris-baris), maka jelas saya sangat belajar. 

Saya mendapat banyak ilmu baru. saya belajar bagaimana menyimak, mengingat inti-inti pembicaraan, menyimpulkan dan menyampaikan kembali kepada hadirin dengan bahasa yang berbeda (dari Arab ke Indonesia). Setiap akan dimulai sebuah forum saya biasanya agak gugup, tapi saya sekuat tenaga buat yakin, kebetulan dulu skripsi saya tentang Public Speaking, jadi hal-hal yang berkaitan dengan yang gitu-gitu udah tau teorinya (iya, teorinya aja..hehe). 

Dan selain saya banyak belajar, saya juga bisa bertemu orang-orang yang gak pernah saya kira bisa bertemu. Pada tanggal 24 September, beberapa LSM pemerhati Palestina menyelenggarakan Konser Amal Maher Zain di Balai Kartini, Jakarta, dan klien saya memberi sambutan pengucapan terima kasih kepada rakyat Indonesia dan saya jadi penerjemahnya. Pada acara itu saya bisa bertemu dan berjabat tangan langsung dengan Maher Zain, sebuah kesempatan yang menggembirakan, meskipun saya gak sempat Groupie, hehe. Selain ketemu Maher Zain, saya juga ngobrol dengan Syahrul Gunawan (yang di pilem JIN dan JUN itu loh..hehe) dia kebetulan MC pada acara tersebut, dan juga ngobrol sama Opick tombo ati yang menampilkan lagu-lagu menyentuhnya, dan terakhir saya juga bertemu dengan Motivator berbobot Indonesia, mas Ippho Santosa. luar biasa. Saya merasa beruntung bisa bertemu dan berbincang langsung dengan mereka. 

Ini beberapa foto yang berhasil saya abadikan:
anak kecil itu adalah Yahya, Saya, Ahmad Yahya dan istrinya, teh Rina.




Bersama Opick

di Kediaman Sementara Ahmad.


oke, sekian ceritanya, saya juga upload video singkat konser tersebut di Youtube, silahkan saksikan di sini: Konser Amal Maher Zain for Gaza 
Terima kasih buat yang udah baca! see you, Pal..! :)




Postingan populer dari blog ini

Contoh Job Interview Berbahasa Inggris dan Tips Cara Menjawabnya

Bagaimana bisa bekerja di Kedutaan Besar RI di Luar Negeri?

Contoh Tes TOEFL yang 'Aduhai'