Yeaayy! I can swim..
Betapa nikmatnya berenang. Melayang-layang di dalam air.
Awalnya saya selalu merasa takut, panik, nafas terburu-buru hingga akhirnya air masuk ke mulut dan terminum. Mual dan muntah.
Alhamdulillah, hari ini kemampuan berenang saya meningkat tajam. Setelah 2 hari berturut-turut memaksakan diri berenang di kolam renang dengan kedalaman 2,5 meter. Meskipun saya masih kategori amatir. Hari kemarin beberapa kali minum air kolam secara tidak sengaja karena panik. Tapi tak apa. Intinya harus bisa. InsyaAllah ini juga dalam rangka ibadah.
Teori berenang sudah saya dapat ketika masih kuliah dari teman-teman dari Bangka, kepulauan Bangka Belitung, yang notabene mereka adalah nelayan. Kemampuan berenang mereka tingkat dewa. Mereka biasanya berenang sambil menarik jaring-jaring penangkap ikan. Level kemampuan berenang yang hebring abis.
Untuk berenang melayang di air sudah bisa dari dulu. Tapi untuk mengkontrol rasa panik dan pernafasan sepertinya baru hari ini saya merasa sangat percaya diri. Dulu saya hanya berani di pinggiran kolam.
"Lu renang kok nempel di dinding kolam terus. Kayak plankton makanin lumut!" Teman saya mengejek.
Hari ini saya dilatih oleh kawan-kawan saya yang lain. Toni, guru fisika yang berasal dari Kuningan, Jawa Barat, dulunya sering renang di kali katanya. Dan satu lagi, Haji Nawir, kawan saya yang ustadz, kelahiran Papua, yang katanya pernah juga menjadi nelayan. Kemampuan mereka dalam berenang tak usah diragukan lagi. Level ikan mujair. Malah Pak Nawir yang dari Papua itu, bisa ngambang di air terlentang, seperti tidur di atas kasur. Tanpa menggerakan tangan atau kaki. Canggih bukan main. Toni saja mau belajar tidak bisa-bisa. Selalu saja kakinya tenggelam.
***
Ketika kita menahan nafas agak lama, bisa dipastikan semua orang bisa berenang, tapi ketika cadangan oksigen habis, maka akan panik dan colaps, bergerak secara acak tak beraturan, air terminum, dan tenggelam.
Jadi bagaimana dong caranya? Kuncinya adalah tenang. Tahan nafas, ketika oksigen mulai habis, maka buanglah karbon dioksida keluar dari mulut ketika masih di dalam air, dan segera melonjak ke permukaan dan hiruplah oksigen baru, kembali menyelam, dan seterusnya begitu. Kuncinya satu: Tenang.
Saya mengambil filosofi dari berenang. Dunia dalam air adalah dunia berbeda dengan dunia manusia pada umumnya. Di sana ada kehidupan. Ada keindahan. Ada ketenangan. Ada kedamaian. Tapi semua itu bisa menjadi sangat menakutkan jika kita tidak tenang ketika memasuki dunia air tersebut. Kita bisa kehabisan nafas, kolaps, tenggelam, dan mati.
Jikalau kita mengkiaskan itu dengan kehidupan nyata kita sebagai manusia di luar air, dalam melihat permasalahan hidup itu harus senantiasa tenang dan bijak. Jangan panik. Cari solusinya. Jangan berbuat sesuatu yang tak tentu tujuan hanya karena takut dan panik. Justru kala kita panik dan kacau, kita bisa terpental. Colaps dan gagal.
Ketika kita tenang, menikmati keindahan hidup. Selalu mencari hikmah-hikmah dalam setiap masalah, maka semuanya akan menjadi indah. Dalam setiap masalah ada hikmah yang indah. Seindah berenang di air. Melihat bulir-bulir air yang beradu dengan cahaya matahari bagaikan mutiara-mutiara yang bertebaran. Dunia begitu damai dan bersahabat.
Berenanglah di duniamu, jangan panik!
Alam Sutera, 15 Mei 2016