Kenapa Anak Anda selalu dibully?
Bully yaitu
kosakata bahasa Inggris yang berarti menggertak, mengganggu orang lemah. Di
kamus Cambridge- Advance Learner’s Dictionary-Third Edition, saya
menemukan ini: bully:” to hurt
or frighten someone who is smaller or less powerful than you, often forcing
them to do something they do not want to do.”
Jadi kata bully atau kegiatan bullying bisa kita artikan “kelakuan iseng,
jahil, nakal seseorang terhadap orang
yang lebih kecil secara fisik atau lebih lemah secara fisik dan mentalnya.” Ya
pokoknya kurang lebih artinya gitu deh.
Biasanya hal ini terjadi pada anak-anak
masa usia sekolah yang mana siswa yang lebih kuat ataupun yang lebih banyak
temannya atau bahasa gaulnya “geng” menindas siswa lain yang tidak punya geng
dan terkadang secara fisik juga lebih lemah. Sebenarnya orang lemah dalam hal
bully membully itu memiliki banyak dimensi (widiih, dimensi). Jadi maksud saya
begini, lemah itu bukan cuma dipandang dari segi fisik saja, tapi Lemah itu bisa yang lain, misalnya:
-
Kecerdasannya lemah, sehingga diejek oleh temannya yang lain yang
merasa lebih cerdas. Ini jarang terjadi kecuali emang kecerdasannya udah tahap
sangat di bawah standar, mungkin akan masuk pada kategori anak berkebutuhan
khusus (ABK).
-
Lemah secara materi (duit). Meskipun
jarang juga ada yang mempermasalahkan soal ini. Adapun soal materi palingan
anak jadi agak minderan aja kalo emang parah. Tapi faktanya anak-anak yang
sering dibully itu justru anak yang banyak duit tapi gak pandai gaul.
-
Lemah secara pergaulan, alias
kuper, kurang pergaulan. Nah ini, menurut saya sih letaknya disini. Mau postur
tubuhnya kecil kek, kurus kek, gemuk kek, kalo anaknya gaul, pasti gak bakal
ada yang berani gangguin karena dia punya banyak teman. Saya gak sebut kata
“geng” soalnya kata tersebut lebih berkonotasi negative. Meskipun geng gak
mesti jahat. Contohnya geng mushola Al-Ikhlas yang sering baksos bersih-bersih
mushola seminggu sekali.
Anyway,
setelah saya tulis dimensi lemah di atas, saya sebenarnya ingin mengangkat
hal-hal yang terkait pihak yang terlibat langsung dan bertanggung jawab dengan
pendidikan mental anak yang korban bullying tersebut. Yang terpenting
yaitu Orang Tua. Kok bukan guru di sekolah? Iya, guru terlibat. Tapi
guru tak sesentral orang tua dalam hal penanaman mental. Guru bisa saja
menegakan disiplin anti-bullying di sekolah. Tapi ketika anak pulang sekolah
dan bergaul di lingkungan bebas apakah guru bisa control? Menurut saya guru
ruangnya terlalu sempit. Yang memiliki ruang terbesar dalam penanaman mental
pada anak adalah sekali lagi ORANG TUA.
Berdasarkan pengamatan
pribadi dan sharing dengan beberapa teman pendidik dan anak didik, maka saya
ingin memaparkan setidaknya ada empat point hal yang harus dilakukan orang tua
terhadap anaknya. Terlepas anak itu diketahui pernah dibully atau tidak.
Hal-hal tersebut antara lain:
- Kepercayaan
Kita harus belajar
memberikan kepercayaan pada anak untuk bergaul, pergi, dan berkegiatan apapun
dengan catatan semuanya bersifat positif. Seringkali kita menemukan
orang tua yang ‘menggenggam’ anaknya terlalu kuat. Ini gak boleh, itu gak
boleh. Akhirnya anak terlalu banyak menghabiskan waktunya di rumah sehingga gak
bergaul bahkan dengan tetangga sendiri. Kuper, Gak punya teman. Gak tahu
cara bersosialisasi. Masih mending kalau orang tuanya intens berkomunikasi
dengan anaknya. Bagaimana dengan orang tua yang sibuk? anaknya mau
bersosialisasi dengan siapa? Pembantu? Mending kalo pembantunya educated? Kalo
enggak?
Setidaknya
kita mengajarkan 2 point penting ketika memberikan kepercayaan pada anak kita,
yaitu pelajaran tentang Amanat dan Tanggung Jawab. Amanat
maksudnya si anak diajarkan untuk menjaga kepercayaan orang tuanya untuk
memberikannya kebebasan. Sedangkan tanggung jawab maksudnya si anak bertanggung
jawab ketika pada suatu saat muncul permasalahan-permasalahan kecil yang mungkin
saja terjadi dalam interaksi social si anak. Dan si anak dituntut untuk
menyelesaikan masalahnya tersebut sendiri. Problem solving.
- Komunikasi
Penting banget. Ini
penting banget. Komunikasi. Harus ada minimal salah satu dari kedua orang tua
yang rajin ngobrol sama anaknya. Komunikasi biasanya mulai agak senggang antara
anak dan orang tua ketika anak beranjak remaja. Sebisa mungkin orang tua masuk
pada kehidupan mereka. Untuk mengetahui apakah mereka ada masalah atau tidak,
sehingga memungkinkan orang tua memberi masukan, motivasi dan nasihat-nasihat
yang membangun mental anaknya. Komunikasi juga berfungsi mempererat tali kasih
sayang antara orang tua dan anak. Jangan sampai ada anak yang ngerasa dianggap gak
penting dalam keluarga. Ketika seorang anak merasa dianggap demikian mereka
akan mencari ‘rumah’ lain untuk mencari pengakuan. Pada keadaan saat itulah
seorang anak memiliki kemungkinan akan salah gaul.
INTINYA KOMUNIKASI ITU
PUENTING BANGEET!!!
- Panutan
Ini masih ada kaitannya
dengan komunikasi di atas, dengan adanya komunikasi yang intens dari orang tua,
dengan cara sharing, bercerita dan sebagainya, anak akan merasa ada seorang
yang menjadi panutan bagi dia. Seorang anak lelaki kemungkinan akan mengukur
diri dengan ayahnya. Begitu pun seorang perempuan yang sering berkaca pada
ibunya. Yang ini titik berat lagi pada ORANG TUA. Berarti orang tua harus bisa
menjadi baik dan bijak untuk mendidik anak menjadi baik dan bijak. Jangan
salahkan anak anda apabila menjadi bergajulan kalau anda tak pernah memberi
panutan yang baik buat anak anda. Jangan harap anak anda akan tegas kalo anda
aja cemen di mata mereka. Mungkin seperti itulah problem yang sering merusak
mental anak-anak yang ‘broken home’. Mereka miskin panutan.
- Prinsip
Cara selanjutnya kita
perlu menanamkan prinsip pada anak. Mungkin di sini lebih kepada penguatan pada
hal-hal positif yang dapat dirangkum oleh norma-norma agama yang mana di
dalamnya terkandung unsur kebaikan dalam beribadah dan dalam pergaulan. Anak
dibiasakan agar membedakan mana baik mana buruk, dan diajarkan menolak hal yang
tidak baik dari lingkungannya dengan cara yang baik. Jadi terkadang orang tua
saking terlalu takut anaknya salah gaul maka anaknya dikurung di rumah dan gak
boleh bergaul. Ini kuat kaitannya dengan nomor yang pertama yaitu kepercayaan.
- Keberanian dan Ketegasan
Point ini adalah hal yang
berkaitan dengan kelelakian dan kejantanan. Meskipun point ini juga harus ada
pada anak perempuan. Ini jelas kaitannya dengan point sebelumnya yaitu prinsip
dan point yang lain juga yaitu panutan (yang baik). Ketika seorang anak
memiliki prinsip dan keyakinan yang kuat mereka bisa dipastikan bisa berani
untuk yang benar dan mengalah karena salah.
Salah satu caranya juga adalah agar orang
tua tidak terlalu memanjakan anak. Orang tua harus biasa bertampang serius pada
hal-hal yang yang tidak baik yang dilakukan anak agar mereka tidak
mengulanginya di lain waktu. Ketika anak berbuat kesalahan dan dibiarkan begitu
saja maka anak akan mengira hal yang salah tersebut ‘tidak salah’.
Sekali
lagi saya tekankan bahwa semua hal di atas adalah kuat sekali hubungannya
dengan lingkungan keluarga. Orang tua, saudara-saudara dan termasuk apa yang
menjadi tontonan si anak.
Sekian, semoga bermanfaat.