Cerita dalam Almanak #3: Tidak Jadi Kiamat

sebelumnya

Almanak 2012
Tahun ini saya lulus program Ta’lim Takmili di LIPIA dengan predikat Jayyid Jiddan (baca: Baik Sekali) dengan nilai rata-rata 83. Dengan kuliah di dua kampus, Alhamdulillah masih bisa mendapat nilai Jayyid Jiddan. Dan saya masuk tingkat selanjutnya di LIPIA, yaitu masuk program S1 dengan jurusan Ilmu Syariah yang akan ditempuh selama 8 semester. Untuk masuk level ini tentunya saya harus mengikuti tes dikarenakan rata-rata nilai saya di bawah 90 poin. Senang rasanya bisa masuk level syariah, bahagia sekali. Besar harapan untuk menempuh program syariah sampai lulus.


Waktu berjalan dan saya pun berjalan menjalani kuliah di dua kampus, LIPIA dan UIJ. Dengan segala upaya kuliah di keduanya berjalan. Hingga sampailah di waktu ujian akhir semester 1 di LIPIA dan kuliah kerja nyata di UIJ di daerah Jawa Timur dengan jadwalnya yang berbarengan. Di sinilah ‘bencana’ itu bermula.

Bingung bukan main. Sempat merasa menyesal juga kenapa tidak mengambil cuti saja ketika tahu diterima di program syariah supaya kuliah di kedua-duanya aman. Semuanya tidak bisa ditolak, saya hadapi dengan berani. Saya bersyukur pada saat itu ada sahabat saya, Luki Perdana, yang senasib. Dia kuliah di LIPIA dan UIJ juga. Kita KKN bareng.

KKN belangsung selama sebulan di Jawa Timur dan UAS di LIPIA selama 5 hari di tengah-tengah acara kegiatan KKN. KKN seminggu berjalan saya izin ke Jakarta untuk mengikuti UAS di LIPIA. Dengan waktu yang terbatas untuk belajar dan kondisi tubuh yang lelah UAS selesai dan kami kembali ke Jawa Timur. KKN masih berlangsung dan pengumuman nilai pun terbit. Saya sangat takut menerima kabar tentang nilai. Saya mencoba untuk tidak bertanya pada siapapun soal nilai. Saya mengira saya akan DO karena sebelumnya tersiar kabar bahwa mahasiswa semester 1 yang mendapatkan nilai di bawah standar akan dikeluarkan.

Pada suatu hari ketika saya masih di Jawa Timur, masuklah pesan singkat ke ponsel Samsung android saya:

“Fiq, nilai ente maqbul: 67.”

Booom!, meski sudah siap dengan segala hasil, hati tetap saja kecewa. Kecewa parah. ketika I’dad, nilai saya tidak pernah kurang dari 90, pas takmily tidak pernah lebih rendah dari 80, eh, pas program syariah tiba-tiba dapat nilai di bawah 70 itu rasanya bagai Syahrini di-PHP-in Anang Hermansyah. Nelangsa.


Akhirnya di semester selanjutnya, yaitu di semester baru setelah lebaran saya memutuskan untuk mengajukan cuti dari LIPIA, dan dikabulkan. Dan saya mulai focus menyelesaikan mata kuliah pagi yang sebelumnya bentrok dengan kuliah di LIPIA. Pada saat cuti inilah saya jadi lebih banyak waktu untuk jalan-jalan, nongkrong, jualan online di tokobagus.com (sekarang OLX), ngajar bahasa Arab di kantor Pajak Kalibata, di Apartemen Thamrin City, di kursusan Depok, dll. Setidaknya saat itu saya jadi mahasiswa yang lumayan gak kere-kere amat

Dan yang paling membuat saya bahagia adalah tahun tersebut TIDAK jadi KIAMAT. 

selanjutnya

Postingan populer dari blog ini

Contoh Job Interview Berbahasa Inggris dan Tips Cara Menjawabnya

Bagaimana bisa bekerja di Kedutaan Besar RI di Luar Negeri?

Contoh Tes TOEFL yang 'Aduhai'