I love Mom.


Hai, sobat. Aku sedang merasa ingin sekali mengungkapkan sesuatu yang kuyakin sebagian besar dari kita merasakan itu, atau bahkan all of us. I hope so. Yaitu tentang seseorang yang kasihnya tak terhingga sepanjang masa. yaitu Ibu, sobat. Terserahlah
kalian biasa memanggilnya ibu, mama, ummi, bunda, emak, mami, enyak, dan lain sebagainya, tapi yang penting mereka adalah orang yang telah melahirkan, menyusui, merawat, dan menyayangi kita bahkan sampai hari ini dan beribu-ribu hari yang akan datang.
Aku tak pernah merasakan semelankoli atau se-lebaii ini ketika sedang berada di rumah.  Semua terasa biasa-biasa saja. Terkadang tercipta khotbah-khotbah pendek dan terkadang juga khotbah panjang dari lisannya. Terkadang membuat kita yang kekanak-kanakan menyalahartikan itu. Geram, kesal, dan terkadang marah padanya. Tapi hari ini aku merindukan sosoknya. Sosok seorang yang penuh kasih sayang, keikhlasan dan kesetiaan. Seseorang yang bangun pagi sebelum kita terbangun. Sesosok yang penuh kesabaran menyalakan api untuk memasakan makanan bagi suami dan anak-anaknya. Sesosok yang selalu sibuk menyediakan bekal ketika kita hendak berangkat ke suatu tempat. Sesosok yang dengan perhatian tinggi merapikan kerah leher bajuku ketika kecil dulu. Sesosok yang mulia di mataku dan di mata Rabb-ku. Kita akan merasakan sangat kehilangan apabila kita sedang jauh darinya.
Apakah kau tahu,sobat, di kontrakanku, aku dan teman-temanku mempunyai jadwal piket. Yaitu setiap piket bertugas untuk memasak, cuci piring dan kebersihan. Kami memiliki tiga kamar. Dan setiap kamar dihuni oleh tiga orang. Maka piket kita bagi perkamar sehingga yang piket dalam sehari adalah tiga orang. Jadi, tiap pagi atau malam ada yang belanja ke pasar dengan dana yang telah kita kumpulkan. Lalu dilanjutkan dengan memasak tiga kali dalam sehari. Tapi, apakah kau tahu, sobat? Mengerjakan semua itu ternyata membutuhkan kesabaran yang besar. Terkadang teman-teman yang piket tak melaksanakan tugas dengan baik. Ada yang telat masak sehingga masuk kuliah juga telat, Ada yang masakannya terlalu asin, terlalu pedas, atau  ada pula yang lupa mencuci piring, entah sengaja atau tidak.
Dari situlah aku teringat ibuku. Yang setiap hari melakukan kegiatan itu berulang-ulang. Dan ingat! Tanpa protes apapun. Kecuali ketika uang belanja sudah habis, pastinya. He. Jadi, alangkah seorang ibu memiliki rasa tanggung jawab yang tak terhingga. Ia mengabdikan dirinya untuk mencintai suami dan anak-anaknya. Aku ingin pinjam ungkapan Pak Mario Teguh. “Super Sekali”.  
I love u so much, Mom!!!
(Untuk Semua Ibu dan Mereka yang Akan Menjadi Seorang Ibu)
Jakarta, 01 November 2011

Postingan populer dari blog ini

Contoh Job Interview Berbahasa Inggris dan Tips Cara Menjawabnya

Bagaimana bisa bekerja di Kedutaan Besar RI di Luar Negeri?

Nilai Anak Anda Merah, Kenapa Harus Marah?