The Dauntless October: Pengangguran dan segala ceritanya


Melanjutkan cerita kemarin tentang kesibukan gue (lebih tepatnya kesoksibukan gue), - di postingan kali ini dengan kata ganti 'gue'- kemarin udah ditulis tentang proses penulisan buku #ArabicFirstID yang belum terbit sampe hari ini.

Hari ini gue mau tulis tentang hal lain lagi yang gak penting-penting amat buat dibaca sebenarnya, :)

The Dauntless October: Pengangguran in Action.

Selama bulan oktober 2014, gue banyak melakukan hal-hal yang berani. Memang perlu diketahui selama tahun 2014 gue banyak melakukan hal-hal berani, hal-hal baru yang belum gue lakukan sebelumnya, penuh dengan harapan, obsesi dan angan-angan (baca: nganggur). #khanmaen

Jadi gini, gue sidang skripsi bulan Agustus 2013 (bulan puasa) dan wisuda pada bulan Desembernya. Pada awal September (setelah lebaran) gue mulai mengajar paruh waktu di sebuah lembaga berbasis komunitas di Cinere, Depok (sekarang pindah ke Ciganjur, Jagakarsa – Jaksel). Setelah kerja di sana gue tidak perlu bayar kos-kosan lagi, tidak usah ke warteg lagi, intinya kebutuhan dasar udah terpenuhi.


Pada Desember 2013 setelah wisuda, gue memutuskan keluar dari lembaga tempat gue mengajar setelah empat bulan bekerja di sana. Tujuan gue ingin mempersiapkan buat S2 di UI. Gue merasakan tahun baru 2014 di kos-kosan seharga 750ribu/bulan sendiri, tanpa teman, tanpa anak istri (lah?), orang lain rame-rame bakar kembang api, say amah tidur di kos-kosan. Pada bulan itu gue pergi ke jawa timur untuk fokus latihan TOEFL dan ikut kursus job interview,waktu itu sih lebih ke mau tau aja gimana caranya orang-orang wawancara kerja. Di sana gue juga ketemu temen-temen luar biasa, kandidat master Teknik Industri ITB, dari dia gue mempelajari tips-tips TPA (tes potensi akademik).
Setelah sebulan gue keluar dari lembaga tempat gue mengajar di Depok, akhirnya gue diminta untuk bergabung lagi. Dalam kondisi yang berat, hidup tanpa kerjaan dan harus ngekost memang berat, akhirnya permintaan itu gue terima lagi. 

Waktu terus berjalan, gue daftar pascasarjana FIB-UI jurusan Ilmu Linguistik, peminatan penerjemahan, tujuan gue adalah penerjemahan bahasa Arab.  Kalo gak salah februari daftar, maret tes, 18 april pengumuman. Setelah belajar begitu tidak giatnya gue juga banyak berdoa dan ibadah, Sampe-sampe gue juga puasa senin kamis gak putus-putus sejak gue tes masuk sampe pengumuman keluar. , dan ternyata gue tetep gak masuk, hikshikshiks. Gue memang belum layak masuk berarti.
Harapan gue buat S2 di UI itu gede banget, Cuma salah gue kenapa gak kursus atau apa gitu. Gue Cuma belajar sendiri dengan santai, sealakadarnya. Kelemahan gue memang di math, yang gue gak ngerti kenapa harus ada tes aritmatika padahal kan gue mau kuliah bahasa?! Katanya sih aritmatika itu mewakili kecerdasasan logika seseorang, oke aja lah. Intinya gue gak masuk UI sepertinya gara-gara gue gak pinter hitung-hitungan. Huft.  

Gue gak mau galau gara-gara ditolak UI, gue selanjutnya memikirkan gimana caranya bisa eksis di dunia ini, kalo S2 belum takdir, berarti harus ada hal lain yang dilakukan. Akhirnya gue memutuskan buat menulis apa yang gue bisa (sebenarnya ini udah diniatin dari sebelum daftar UI). Akhirnya gue menulis buku tentang bahasa Arab (yang sampai hari ini belum terbit). 

Lembar demi lembar tulisan di Microsoft word tersusun, kadang semangat kadang ogah-ogahan, menulis itu tergantung mood juga emang, selama proses menulis itu banyak banget kegiatan-kegiatan yang menyelingi, jadi seperti agak sering terhambat. Sejak gue masih hidup di kos-kosan ketika kuliah, gue hobi banget nonton video-video di youtube, dari tutorial bahasa sampe lawakan-lawakan gak penting. Akhirnya, dalam masa proses menulis buku itu gue berfikir buat bikin video tutorial bahasa Arab di YouTube (sebenarnya gue lupa, niat bikin buku itu muncul karena gue lagi bikin naskah buat youtube atau bikin video youtube karena lagi nulis buku. gajelas ya? Emang!). Akhirnya, pada akhir mei 2014 video pertama gue muncul di YouTube, norak, garing, malu-maluin, tapi lumayan, ada aja yang mau nonton.

Selanjutnya, karena kegiatan gue di lembaga komunitas itu paruh waktu, maka gue juga sering banget ngelamar pekerjaan di berbagai tempat, tapi akhirnya selalu berakhir gak diterima atau gue yang tidak mau menerima. Pernah hampir kerja di suatu Bank milik negara yang lumayan besar, atm-nya hampir ada di tiap pom bensin, tapi ketika mau masuk tahap training gue mulai galau untuk kerja di bank konvensional, udah mah konvensional ditambah gak nyambung sama major gue pas kuliah, akhirnya ketika pihak bank menghubungi gue melalui telepon, gue menolak untuk lanjut dengan baik-baik agar tak ada yang terluka di antara kami, jiahh. 

Pernah juga gue melamar kerja sebagai Arabic Call Center di sebuah perusahaan telekomunikasi yang sudah memiliki jaringan konsumen di timur tengah, gajinya agak lebih besar daripada call center berbahasa Indonesia. Gue udah masuk tahap training selama tiga hari, kantor tempat kerjanya ada di daerah mampang prapatan, pada saat itu gue juga sambil proses membuat paspor di kantor imigrasi yang tak jauh dari kantor tempat gue ikut training. Yang bikin gue gamang adalah jam kerja yang ekstrim, jadi ada shift siang dan malam. Jam kerjanya bisa berubah-berubah, bisa mulai jam 16.00 sampe 8 jam kemudian, bisa jam 20.00 sampai 8 jam kemudian, atau jam 22.00 sampai 8 jam kemudian, dsb. Kalo gak salah gitu deh, jadi menyesuaikan dengan jam kerja di Timur Tengah. Setelah berfikir dan mempertimbangkan, akhirnya gue memutuskan out, keluar dari training. 

Selanjutnya, gue mendaftar kerja di sebuah penerbit terkemuka sebagai editor, persyaratan yang diminta sih sesuai dengan kemampuan gue. Dan yang ada di bayangan gue, menjadi editor itu bekerja seperti guru bahasa Indonesia yang mengoreksi tulisan agar sesuai EYD (ejaan yang disempurnakan) tapi pas tes ternyata perusahaan sedang membutuhkan editor buat buku anak. Sebagaimana kita ketahui buku anak harus banyak gambar dan animasi menariknya. Dan di situlah gue terpental, gue gak cocok jadi editor buku anak. 

Menurut gue jadi pengangguran itu bikin hidup sumpek. Dulu pas kuliah, gue aktif di banyak kegiatan, eh, pas lulus tiba-tiba kegiatan berkurang drastis, memang masih ada kegiatan yang gue lakukan tapi tidak sibuk kayak pas kuliah dulu, dan itu bikin gue stress, galau, bahkan terkadang muncul minder. Mungkin banyak orang minder karena gak punya duit, tapi gue ngerasa minder itu gara-gara ngerasa gak berguna aja. Serasa gak dibutuhin gitu. Gimana gak stress coba, kita kuliah lama-lama tau-tau ilmunya gak manfaat, surem sekali dunia ini. Makanya berangkat dari stress itu, gue gak mau kalah sama perasaan. Gue lakukan apapun supaya gue jadi berguna. 

Okeh..tiba di Oktober

Pada oktober 2014 gue melakukan hal-hal berani, di antaranya:

- Memberanikan diri mengajak seorang perempuan untuk menikah, meski akhirnya gak jadi.

Perlu ditandai, bahwa gue mengajak menikah seorang perempuan yang tidak gue kenal secara dekat sebelumnya. Dia seorang teman di facebook yang kemudian berteman di BlackBerry Mesenger. Memang ada cerita lama yang membuat kami berteman di facebook dan BBM. Tapi singkatnya gue berani bertemu orang tuanya dan kami menjalani masa taaruf. Banyak cerita yang tercipta dengan saling mengenalnya kami. But finally, failed. karena satu dan lain hal, gue gak jadi nikah. mungkin memang Allah masih menginginkan gue untuk banyak belajar lagi. alhamdulillah 'ala kulli haal.

- Melamar menjadi guru di sebuah sekolah di BSD

Setelah didorong oleh sahabat2 gue untuk bergabung di sekolah tersebut akhirnya gue menyempatkan diri buat bikin aplication letter dan booomm!!!, gue ngelamar kerja sebagai guru bahasa Arab di sebuah sekolah asrama di BSD, dengan proses lumayan lama, menunggu berbulan-bulan, ninja hatori udah bolak balik naik gunung turun gunung dan akhirnya pada bulan februari 2015, pas gue sibuk-sibuknya jadi penerjemah di sebuah lembaga kemanusiaan yang bermarkas di menara 165, jalan simatupang, Jaksel, gue diterima mengajar. tanggal 23 februari 2015, gue mulai mengajar. Dan gue nulis blog ini juga di kubikel tempat kerja gue sebagai guru. di sekolah tersebut. 


Dengan bermodal ide kreatifitas yang pas-pasan dan pengetahuan minim tentang photoshop akhirnya gue buat desain kaos, dan dengan modal jaringan di Bandung dan uang beberapa perak, akhirnya gue kirim desain itu dan setelah beberapa minggu jadilah kaos designed by Taufiq Akbar Sanusiputra. 

itulah cerita gak penting gue. selanjutnya gue selalu berharap bisa lebih baik lagi. gue selalu berusaha mengambil hikmah dari apapun yang gue alami. 

alhamdulillah 'ala kulli haal. 

insyaALLAH, masih banyak cerita hidup gue yang gak penting yang ingin gue ceritain, barangkali kita semua bisa belajar sambil menertawakan hidup. thanks buat kalian yang udah baca (mudah2an ada). sampai jumpa di tulisan lain ya. luv u. muaaah!hahaha *hoeeexxxx (baca: muntah)

:)

Postingan populer dari blog ini

Contoh Job Interview Berbahasa Inggris dan Tips Cara Menjawabnya

Bagaimana bisa bekerja di Kedutaan Besar RI di Luar Negeri?

Nilai Anak Anda Merah, Kenapa Harus Marah?