Kritik dan Solusi dalam Pendidikan Anak Remaja

Masjid Raya Pondok Indah 
Saya baru saja pulang dari Masjid Raya Pondok Indah dalam rangka menemani anak-anak didik saya mengikuti seminar dan talk show yang diselenggarakan oleh Ar-Rahman Quranic Center bekerjasama dengan Gema MRPI (Gerakan Pemuda Masjid Raya Pondok Indah) dengan tema “Ngaku Gaul? Follback to Al-Quran!” Acara ini mendatangkan pembicara yang kompeten dan luar biasa. Mereka dari berbagai keahlian dan profesi, ada penulis novel negeri 5 menara Ahmad Fuadi, lalu ada pendiri Sekolah Akhlak Quran (Sakura) Ustadz Deka Kurniawan, ada juga Tokoh Pemerhati Remaja dan Psikolog, Bunda Ery, dan dihadiri juga oleh bintang tamu yang masih muda belia, Dewi Ratna Diana Amelia, seorang mahasiswa UI yang sekarang duduk di semester 8 dan telah berprestasi tingkat internasional. Beberapa kali menjadi utusan Indonesia ke luar negeri di antaranya London, Australia dan kanada.
 
Tujuan dari acara ini adalah sebagai sebuah bentuk ajakan kepada kaum muda yang hidup di masa yang penuh dengan fitnah, gejala social seperti fenomena free sex, rokok, narkoba dan lain sebagainya ini untuk kembali kepada Al-Quran. Maka para hadirin disuguhi sajian kritis tentang pemuda dan fenomena negative yang ada dari sudut agama Islam dan psikologi yang di dalamnya menggarisbawahi peran orang tua dan guru. Maka memang selain anak muda selayaknya acara ini dihadiri juga oleh mereka yang telah berstatus “orang tua”.  

Dan setelah acara yang terkesan penuh dengan kritik, akhirnya para hadirin disuguhi salah satu opsi solusi dalam memperbaiki akhlak, citra dan prestasi kaum muda bangsa ini, salah satunya yaitu dengan menulis yang disajikan oleh novelis Ahmad Fuadi dengan apik. “Menulis merupakan sarana menggandakan pesan dakwah. Beliau mengungkapan bahwa tulisan itu lebih tajam dari peluru, karena satu peluru hanya akan menembus satu kepala manusia, akan tetapi sebuah tulisan bisa menembus ribuan bahkan jutaan kepala manusia yang membacanya”.

Dan pembicara terakhir yang lebih senang disebut “sharing” daripada menasihati ini hadir sebagai sebuah contoh seorang perempuan muslimah teladan. Aktif di berbagai kegiatan kampus yang begitu padat tapi tak menghalanginya dari mengahafal AL-Quran. Dan segala kerja kerasnya itu dibuktikan dengan prestasi yang gemilang di kampus hingga bisa menjadi delegasi Indonesia dalam berbagai kesempatan kompetisi di tingkat internasional. Prinsipnya adalah, “Apapun cita-cita kita dan sesibuk apapun kita, kita harus tetap mampu menjadi hafizh dan hafizhah (penghafal Al-Quran)”.
Demikian catatan singkat saya. Semoga bermanfaat.

NB:  Oiya, ada hal yang unik yang saya rasakan ketika hadir di acara tadi. Banyak sekali para peserta yang adalah mereka para kaum Hawa yang berjilbab lebar dan rapi. Saya tidak melihat wajah mereka secara jelas cantik atau bagaimana, tapi satu hal, terus terang tadi saya berdoa kepada Allah semoga saya dikaruniai pendamping seperti mereka yang hadir di acara tadi, berjilbab lebar dan rapi, bukan jilbab yang berwarna warni gaya sana sini, tapi jilbab yang memang niat menutup aurat. Setidaknya itu mengindikasikan mereka adalah wanita solehah. Lantas sebenarnya apa yang diinginkan seorang lelaki kecuali istri yang solehah. Solehah luar dalam. Solehah segalanya. J

Postingan populer dari blog ini

Contoh Job Interview Berbahasa Inggris dan Tips Cara Menjawabnya

Bagaimana bisa bekerja di Kedutaan Besar RI di Luar Negeri?

Nilai Anak Anda Merah, Kenapa Harus Marah?